Sabtu, 01 November 2014

Kepodang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)

Burung Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan burung berkicau yang mempunyai bulu yang indah. Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga sering dipergunakan dalam tradisi ‘mitoni’ (tradisi tujuh bulan kehamilan). Konon, ibu hamil yang memakan daging burung Kepodang akan mendapatkan anak yang ganteng atau cantik jelita.
Burung Kepodang yang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah ini dikenal juga dengan sebutan manuk pitu wolu karena bunyinya yang nyaring mirip dengan ucapan pitu-wolu (tujuh delapan). Selain itu, burung ini juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang.
Masyarakat Sunda biasa menyebut burung Kepodang ini dengan sebutan Bincarung. Sedangkan beberapa daerah di Sumatera menyebutnya sebagai Gantialuh dan masyarakat di Sulawesi menyebutnya Gulalahe. Burung Kepodang ini dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Black Naped Oriole. Di Malaysia disebut burung Kunyit Besar. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin), Burung Kepodang disebut Oriolus chinensis.



Ciri-ciri dan Kebiasaan. Burung Kepodang (Oriolus chinensis) berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Bulunya indah berwarna kuning keemasan sedang bagian kepala,sayap dan ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam.  Ciri khas burung Kepodang adalah terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk.

Gagak Banggai (Corvus Unicolor)

Gagak Banggai (Corvus Unicolor) atau Banggai Crow adalah burung endemik Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang sangat langka dan termasuk dalam daftar 18 burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis), bahkan pernah dianggap sudah punah. Populasi habitatnya adalah hutan dengan ketinggian hingga 900 meter dari permukaan laut (dpl)

Burung ini diketahui dari dua spesimen yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah penemuan itu Gagak Banggai tidak pernah lagi dijumpai hingga pada tahun 2008 seorang ornitologis (ahli burung) Indonesia yang bernama Muhammad Indrawan berhasil memotret dan mendapatkan foto dua spesies Gagak Banggai di pulau Peleng, pulau dengan luas 2.340km2 , salah satu pulau di kepulauan Banggai. Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor.


12 Burung Cantik dan Langka di Pulau Sulawesi

Ciri-cirinya adalah ukuran panjang tubuh sekitar 39 cm dan bulunya yang hitam. Iris mata berwarna lebih gelap dibandingkan gagak hutan, ekornya juga lebih pendek dibandingkan ekor gagak hutan. Suaranya tinggi dengan nada yang lebih cepat bila dibandingkan suara gagak hutan.

Burung Maleo (Macrocephalon Maleo)

Burung Maleo atau Maleo Senkawor (Macrocephalon Maleo) adalah termasuk satwa burung langka yang dilindungi pemerintah Indonesia, yang populasi endemiknya hanya ditemukan di hutan tropis pulau Sulawesi, terutama di Sulawesi Tengah, lebih khusus lagi sekitar Kabupaten Banggai dan Kabupaten Sigi.

Berdasarkan dari tingginya tingkat susutnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Burung Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I.


12 Burung Cantik dan Langka di Pulau Sulawesi

Maleo adalah monogami spesies, dan makanan utamanya adalah aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Ciri-ciri burung Maleo adalah : berukuran sedang, panjang sekitar 55 cm. Bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Ciri Maleo Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Yang unik dari burung Maleo adalah, ukuran telurnya yang besar sekitar 11 cm (8 kali lebih besar dari ukuran telur ayam), dan memiliki berat 240gram hingga 270gram perbutir. Anak burung Maleo sudah bisa terbang saat baru menetas dari telurnya. Burung Maleo berkembang biak dengan cara mengeram telut-telurnya dalam timbunan pasir, umumnya sering ditemui di sepanjang pesisir pantai Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.